SELAMAT DATANG

12 Januari 2012

Tantangan jadi Enginering (insinyur)

 
Pelantar Roboh (P Senoa Kab Natuna-Kepri)

 Insinyur, apa yang ada dibenak anda jika menyebutkan profesi tersebut.  Tentunya seorang yang ahli dalam bidang rancang bangun gedung, jembatan, jalan dan bangunanan sipil lainnya. Hal tersebut tidak salah namun juga tidak juga benar dalam definisinya, karena insinyur tidak dibatasi hanya pada bidang sipil atau arsitektur saja, karena orang yang ahli dibidang-bidang lain yang berhubungan dalam bidang teknik dan penerapan teknologinya itu sendiri dapat disebut insinyur. Sebut saja insinyur pertanian, insinyur IT, insinyur geologi, insinyur geodesi dan insinyur pada bidang lainnya.
Saat ini memang sebutan insinyur erat kaitannya pada bidang profesi arsitek ataupun teknik sipil. Gelar itu sendiri sebenarnya sudah tidak baku lagi sejak tahun 1993 keatas, karena gelar insiyur untuk tahun 1993 keatas diubah/disesuaikan menjadi S.T (sarjana teknik)/S.TP (sarjana teknik pertanian).  Bicara gelar jadi teringat komennya Pak Habibie ” gelar gak penting yang penting action ”.
Dalam sudut pandang saya profesi insinyur tentunya sangat mulia, karena tidak sedikit karya yang diciptakan atau disempurnakan dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia yang lebih baik, tapi juga tidak selamanya mulia terkadang conflict of interest harus dihadapi, bagi yang sok idealis mungkin akan terkubur oleh idealismenya sendiri terus gimana dengan yang “yes man” / asal bapak senang mungkin bisa melesat karirnya bak roket angkasa (dunia ini adil gak sih). Kita bebas menentukan posisi kita apa dan dimana kita, dengan syarat semua yang kita perbuat tentu ada konsekuensinya (baik sekarang/didunia ataupun dialam yang lain).
Sebagai ilustrasi   dilingkungan proyek pemerintah yang jelas-jelas banyak celah akibat birokrasi yang mau tidak mau harus dijalani, sebut saja istilah berikut anggaran, lelang (tunjuk langsung, pemilihan langsung, lelang terbuka, lelang terbatas, lelang tertutup),penawaran,  pajak, PPTK, panitia lelang, komisi, perusahaan pendamping dsb. Tentunya hal itu tidak asing bagi “pemain” proyek pemerintah, dan juga sudah bukan rahasia lagi jika anggaran real yang harus diatur agar  jauh lebih kecil (1/3) dari anggaran sebenarnya, maklum banyak titipan itu istilah mereka. Bagaimana dilingkungan proyek  swasta, ternyata juga tidak jauh berbeda yang membedaakan pada packaging-nya pada proyek swasta semata-mata mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bahasa simpelnya yang penting bangunan saya berdiri tog saya orang pasar jadi harus dapat untung yang sebesar-besarnya.  Tidak sedikit konsultan yang mempunyai strategi marketing “ilmu tebakan”  dengan cara kami menjamin volume  beton ….m3/m2, berat tulangan…. kg/m3.
Maka mau tidak mau pemain harus bijak dan pandai menyiasati hal tersebut. Terus apa kaitnya dengan profesi insinyur? Inilah hal yang dihadapi insinyur, yang tadinya harus jadi Penentu maka tidak sedikit insinyur yang harus menjadi Ditentukan yang tadinya harus jadi Koki sekarang harus jadi Pelayan. Maka jangan heran kalau banyak melihat jembatan roboh, bangunan sekolah roboh, jalan berlubang sana-sini bahkan tidak sedikit yang belum sempat diresmikan.
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template